Januari 04, 2012

Epidemiologi Typoid

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perhatian para tenaga kesehatan akan suatu penyakit makin hari makin berkembang. Dulu penyakit menular menjadi perhatian yang besar. Namun, perkembangan  yang mengarah pada era modernisasi muncul penyakit yang disebabkan karena lifestyle seseorang yang buruk dengan kata lain penyakit tidak menular.
Dari berbagai macam penyakit infeksi bakteri yang ada di belahan dunia ini, demam typoid menjadi masalah besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Angka kesakitan pada demam typoid menurut hasil survey di rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun dan menduduki tempat nomor dua diantara 10 penyakit menular yaitu sebesar 34% pada tahun 1981 sampai 1986. (MAKARA, 2004,vol.8 no.2 h.59)
Demam typhoid merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Demam typhoid saat ini masih sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Lebih dari 13 juta orang terinfeksi kuman ini di seluruh dunia dan 500.000 diantaranya meninggal dunia.
Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin.
Kasus demam typoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar 354-810/100.000 pertahun.Penyakit demam typoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati urutan ke 21 dari 22 (4,6 %) dari penyakit yang tercatat.(Depkes RI, 2008)
Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan, typhoid merupakan penyebab terpenting terjadinya septisemia terkait komunitas, dengan insiden rate yang dilaporkan melebihi 2500/100.000 penduduk.(Depkes RI, 2008)
Dari RS Fatmawati demam typoid termasuk dalam 10 kasus terbanyak morbiditas penyakit rawat inap. Pada tahun 1999, jumlah pasien yang dirawat  sebesar 414 orang, tahun 2000 sebesar 452 orang, dan 350 pada tahun 2001.(MAKARA, vol. 8, no. 1, h. 27)
Epidemiologi yang merupakan salah satu disiplin ilmu dalam ilmu kesehatan. Didasarkan atas pengamatan terhadap fenomena penyakit dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, epidemiologi telah banyak berkecimpung dalam penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Epidemiologi mempelajari determinan, distribusidan frekuensi suatu penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya.
Berdasarkan data kasus yang terjadi di belahan dunia , maka penulis tertarik untuk lebih mendalami dan mengidentifikasi epidemiologi demam typoid. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis membahas tentang epidemioogi demam typoid yang mencakup tentang distribusi, determinan  penyakit demam typoid.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep epidemiologi?
2.      Apa itu penyakit demam typoid?
3.      Bagaimana konsep terjadinya penyakit demam typoid?
4.      Apa saja upaya pencegahan yang efektif untuk memberantas penyakit demam typoid?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui konsep terjadinya penyakit demam typoid
2.      Untuk mengetahui upaya penanggulangn terhadap penyakit typoid

D.     Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah yang berjudul “Epidemiologi Demam Typoid” yaitu sebagai berikut:
1.      Manfaat bagi Penulis
Dengan penulisan makalah ini, penulis mendapat  pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang epidemiologi demam typoid.
2.      Manfaat Umum
Dapat dijadikan bahan  referensi  dan sumber informasi bagi pembaca, terutama bagi kalangan pelajar. pembaca mendapatkan informasi yang berhubungan dengan judul makalah ini.













BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karateristik suatu kelompok penduduk tertentu, dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.
Menurut asal katanya , secara etimologis berartti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiolog adalah ilmu mengenai kejadian penyakityang menimpa penduduk. Berasal  dari bahasa Yunani, dimana epi : upon, pada atau tentang; demos : people, penduduk: dan login : knowledge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejara kelahirannya dimana mengenai penduduk pada waktu itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit mengenai penduduk secara luas). (Masriadi Idrus, 2010, epidemiologi dasar, h.8)
Wade Hampton Frost (1972), guru besar epidemiologi di school of Hygiene University  John Hopkins) mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena missal ( masa phenomena) penyakit infeksi atau sebagao riwayat alamiah (natural history) penyakit menular.( Masriadi Idrus, 2010, Epidemiologi Dasar, h.9)
Greenwood (1934) Profesor di School of Hygeine and Tropical Medicine London, mengemikakan batasan epidemiologi yang lebih luas dimana dikatakan bahwa epidemiologi mem[elajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (Herd) penduduk.(Masriadi Idrus, 2010, Epidemiologi Dasar, h.10)
Brian Macmahon (1970) pakar epidemiologi di AS yang bersama Thomas F Pugh menulis buku epidemiologi : Principle and Method, menyatakan bahwa epidemiology is the study of distribution and determinants of disease frequency and men. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab  kejadian penyakit pada manusia dan dapat terjadi ndistribusi semacam itu.(Masriadi Idrus, 2010, Epidemiologi Dasar, h. 10)
Dari beberapa pendapat para ahli epidemiolog di atas kita dapat menyimpulkan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi, determinan dan frekunsi penyakit yang ada pada kelompok masyarakat dan masalah-masalah kesehatan lainnya.
Dari pengertian epidemiologi, maka bentuk kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan yang ada dalam kelompok masyarakat di suatu wilayah, baik berhubungan bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan.

B.     Konsep Penyebab dan Proses Tejadinya Penyakit
Penyakit yang merupakan suatu gangguan yang alami di alami setiap manusia, tentunya memiliki penyebab suatu kejadian. Keadaan seperti ini sangatlah erat hubungannya dengan ilmu epidemiologi terhadap penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Penyebab terjadinya penyakit dalam perkembangan epidemiologi dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit yaitu proses interaksi antara manusia (host) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis, dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment). Waktu juga mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup host, agen, dan durasi perjalanan penyakit.

                                                          HOST
Isosceles Triangle: TIME






ENVIRONMENT                                                        AGENTS

Menurut John Gordon (1970), model segitiga epidemiologimenggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (host), penyebab (agent), lingkungan (environment). Ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya batang di atas pengungkit, yang mempunyai titik tumpu ditengah-tengahnya. Pada kedua ujung batang tadi terdapat pengungkit , yaitu A (agent), H (host)dan tumpuangnya L (lingkungan). (Masriadi Idrus, 2010, Epidemiologi Dasar, hal 30)



Isosceles Triangle: L

          H                                                                                  A



Dalam teori keseimbangan , interaksi  antara ketiga unsure tersebut harus dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangannya, akan terjadi penyakit tertentu.
Model Gordon ini selain memberikan gambaran yang  umum tentang terjadinya penyakit pada masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada. (Masriadi Idrus, 2010, Epidemiologi Dasar, hal.34)
C.   Konsep Demam Typoid
            Demam typhoid atau dalam bahasa kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tifus/tifes adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan ditularkan melalu anthropoda, yang berbeda dalam intensitas tanda-tanda dan gejala-gejala, beratnya penyakit, dan angka kematian. Selain oleh Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi namun gejalanya jauh lebih ringan. Kuman ini umumnya terdapat dalam air atau makanan yang ditularkan oleh orang yang terinfeksi kuman tersebut sebelumnya.
            Demam typoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropic dibandingkan daerah yang berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam typoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konfalasen, dan kronik karier. Demam typoid adalah penyakit yang sistemik yang akut yang mempunyai karateristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlansung lebih kurang 3 minggu, yang disertai perut membesar.
            Demam typhoid saat ini masih sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Lebih dari 13 juta orang terinfeksi kuman ini di seluruh dunia dan 500.000 diantaranya meninggal dunia.
            Demam tifoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Di Sulawesi Selatan, Indonesia. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten.
            Penyakit typhoid hanya terdapat pada manusia. Karier serotype typhi merupakan reservoir uta manya. Beberapa pasien dapat menjadi karier kronik selama bertahun-tahun, terutama karena infeksi kronik pada kelenjar empedu dan traktus billiaris ditemukan. Jika pasien dengan typhoid belum pernah berkunjung di daerah yang endemik, sumbernya pasti berasal dari pengunjung daerah pasien atau orang lain yang menyediakan makanan. Bakteri ini dapat tersebar melalui sumber air pada area daerah berkembang atau daerah yang mengalami kerusakan pada sistem saluran air bersih.


D.  Konsep Penyebab Terjadinya Demam Typoid
            Demam typhoid merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Salmonella typhi adalah kuman gram negatif yang berflagela, tidak membentuk spora, dan merupakan anaerob fakultatif yang memfermentasikan glukosa dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. S.typhi memiliki antigen H yang terletak pada flagela, O yang terletak pada badan, dan K yang terletak pada envelope, serta komponen endotoksin yang membentuk bagian luar dari dinding sel.
            Sekarang ini penyakit demam typoid masih merupakan masalah yang penting bagi anak dan masih menduduki masalah penting mengenai prevalensi penyakit menular. Hal ini desebabkan factor hygiene dan sanitasi yang kurang masih memegang peranan penting yang tidak habis di atas satu tahun. Maka memerlukan perawatan yang khusus karena anak masih dalam taraf perkembangandan pertumbuhan. (Sujaryo Hadisaputro, 1989)
            Demam typhoid ditularkan atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam typhoid dari orang ke orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada lingkungan dengan jumlah penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman S.typhi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita. Sepeti yang sudah disebutkan, transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella thypi yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bila terpapar S. Thypi sebanyak 105, potensi serangan relatif ringan dengan masa inkubasi yang panjang. Dengan meningkatnya organisme atau > 109 potensi serangan meningkat menjadi 95% dengan masa inkubasi yang lebih singkat. Transmisi di negara berkembang terjadi secara water-borne dan food-borne.
            Demam typhoid bisa terjadi pada setiap orang, namun lebih banyak diderita oleh anak-anak dan orang muda. Demam tifoid pada umumnya menyerang penderita kelompok umur 5 – 30 tahun, laki – laki sama dengan wanita resikonya terinfeksi. Jarang pada umur dibawah 2 tahun maupun diatas 60. Pada anak-anak hal ini dikarenakan antibodi yang belum terbentuk sempurna dan dari segi sosial, pola makanan anak-anak tidak baik yang didapat di lingkungan. Pada populasi orang muda, penyebaran demam typhoid dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak mempertimbangkan faktor kebersihan dan tidak terbiasanya mencuci tangan sebelum makan.
            Faktor resiko lainnya adalah orang dengan status imunocompromised dan orang dengan produksi asam lambung yang terdepresi baik dibuat, misalnya pada pengguna antasida, H2 blocker, PPI, maupun didapat, misalnya orang dengan achlorhydia akibat proses penuaan.
            Kejadian proses terjadinya dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :

                                  H
Isosceles Triangle: L



                                                                                                                                A

            Dalam kasus demam typoid,  titik tumpu bergeser dikarenakan kondisi hygiene dan sanitasi yang buruk sehingga keseimbangan terganggu. Pergeseran yang terjadi memudahkan A (Salmonella typhi) memasuki tubuh H (host) dan menimbulakan penyakit demam typoid.
Masuknya kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikum kuman yang terdapat pada makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendothelial tubuh terutama di hati dan limfa. Di organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan bakterimia kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat menghasilkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernafasan, dan gangguan organ lainnya.
E.  Upaya Pencegahan Demam Typoid
            Epidemiologi merupakan bidang ilmu pengetahuan yang sasarannya mengupayakan pencegahan dan penangulangan penyakit tertentu. Pencegahan adalah upaya tindakan yang dilakukan sebelum kejadian.
            Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakitsecara umum, yakni:
1.      Pencegahan tingkat dasar
Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention ) adalah usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum. Pencegahan  ini  meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja, dengan tidak mengabaikan orang dewasa  dan kelompok mannula.
2.      Pencegahan tingkat pertama (primery prevention)
Pencegahan tingkat pertama ( primary prevention) merupakan usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrolfaktor-faktor risiko dengansasarn utamanya adalah orang sehat dari penyakit demam tyoid melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan manusia dengan agent penyakit demam typoid (S. typhi),lingkungan dan kejadian penyakit. Sasarn pencegahan tingkat pertama pada demam typoid meliputi yaitu:
a.       Sasaran terhadap agent (Salmonella typhi)
·         Melakukan penyemprotan terhadap
·         Mengurangi dan menghilangkan sumber penyebab dan mengurangi setiap factor
b.      Sasaran terhadap lingkungan
·         Perbaikan sanitasi lingkungan
·         Pemberantasan serangga
·         Peningkatan derajat social masyarakat
c.       Sasaran terhadap host
·         Perbaikan gizi
·         Pemberian  imunisasi
·         Peningkatan ketahanan fisik
3.      Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
Tujuan pencegahan tingkat kedua yaitu mencegah meluasnya penyakit wabah pada pennyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Sasaran bagi mereka yang terkena penyakit demam typoid meliputi :
a.       Pemberian vaksin terhadap mereka terkena penyakit demam typoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular/disuntikkan ke dalam otot. Menurut FDA Amerika, efektivitas kedua vaksin ini bervariasi antara 50-80 %.
b.      Demam typhoid diobati dengan antibiotika yang dapat membunuh kuman Salmonella typhi. Sebelum penggunaan antibiotika secara luas, angka kematian dari penyakit ini mencapai 20%. Kematian umumnya disebabkan oleh komplikasi typhoid antara lain radang paru paru, perdarahan usus, dan kebocoran usus. Dengan antibiotika yang tepat, angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 1 sampai 2%. Dengan pengobatan yang pas, lamanya penyakit pun dapat ditekan menjadi sekitar seminggu. Berdasarkan hasil penelitian bahwa antibiotika kloramfenikol masih merupakan pilihan utamapengobatan demam typoid sedangkan seftriakson adalah antibiotika kedua yang digunakan pasien.
c.       Pemeriksaan berkala
d.      Pencarian penderita secara dini
4.      Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
Tujuan utama dari pencegahan ini yaitu mencegah proses penyakit lebih lanjut, mencegah kecacatan, serta usaha rehabilitasi. Sasaran utama dari pencegahan ini adalahm penderita penyakit tertentu.
Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis, dan social seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik, rehabilitasi mental dan social.

F.  Beberapa  Contoh Kasus Penyakit Demam Typoid
1.      Typhoid Mary
Seorang laki-lakiasal Irlandia, Mary Mallon, disebut sebagai Typhoid Mary, dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kasus demam typhoid dalam 15 tahun. Di awal tahun 1900-an terjadi sekitar 350.000 kasus typhoid setiap tahunnya.di Amerika Serikat.
George Soper, seorang insinyur sanitasi, yang meneliti KLB demam typoid yang terjadi di NY tahun1900-an, membuktikan bahwa persediaan makanan dan minuman tidak lagi diduga sebagai media penyebaran penyakit typoid.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Mary Mallon telah bekerja sebagai juru masak di bannyak rumah yang terserang tipoid. Pemeriksaan bakteriologis pada tinja Mary Mallon memperlihatkan kalau Mary merupakan carrier tipoid kronis. Kasus Mary Mallon menunjukkan perhatian khusus perlu diberikan pada carrier kronis typoid yang telah menyebabkan dan menyebarkan typoid.
Dari tahun 1907, sampai 1910, Mary ditahan oleh petugas kesehatan sampai dibebaskan karena tuntutan hokum yang ia ajukan. The New York Supreme Court membela kepentingan penduduk dengan menjaganya tetap dalam tahanan. Typhoid Mary dibebaskan pada 1910. Dua tahun kemudian, terjadi demam typoid di RS New Jersey dan RS New York. Lebih dari 200 orang terserang. Ternyata Mary bekerja di kedua rumah sakit tersebut dengan nama yang berbeda.
Ditahun selanjutnya, Typhoid Mary  akhirnya bersedia di isolasi. Dan ia meninggal dengan usia 70 tahun.
Investigasi, penelusuran, dan pengendalian terhadap tipe penyakit tertentu yang dapat mempe gnaruhi sebagaian besar populasi merupakan ajaran epidemiologis yang didapat dari kasus Typhoid Mary.
2.      Kasus demam typhoid di Schenectady, New York
Ditahun 1939, Schenectady merupakan kota yang berpenduduk sekitar 90.000 jiwa . pada tanggal 20 Juni , petugas kesehatan menerima 5 laporan demam typoid.
Kurang lebih delapan tahun sebelum terjadi KLB typoid, didirikan sebuah perusahaan pengelolahan air yang mengunakan filtrasi pasir-cepat yang modern dan perusahaan itu dioperasikanoleh teknisi sanitasi. Kemudia dilakukan analisis bakteriologis harian di 6 titik pada system distribusi air.
Peraturan kota juga melarang menjual susu yang tidak dipasteurisasi dan produk susu yang tidak bersertifikat. Sekitar 75% susu di kota itu dipasok oleh dua pabrik susu besar. Selanjutnya, sekitar 95 % es krim kota dipasok dari dua pabrik besar. Semua pedagang ikan diwajibkan mendapat lisensi dari departemen kesehatan setempat.
Carier typoid diharuskan untuk melaporkan diri pada departemen kesehatan masyarakat. Ada sekitar 20 orang carier yang teridentifikasi. Survey yang dilakukan pada rumah sakit setempat menunjukkan 13 orang yang terkena demam typoid.
3.      Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medic di RS Fatmawati pada periode Januari 2001-Desember 2002, pasien demam typoid anak sebanyak 244 pasien. Pasien tersebut terdiri dari 182 pasien tanpa penyakit penyerta, 53 anak dengan penyakit penyerta, dan 9 pasien telah menyelesaikan pengobatan.
4.      Di Palembang dari penelitian retrospektif selama 5 periode didapatkan 3 kasus.
5.      Hail rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari Wetan menunjukkan bahwa penyakit inimengalami peningkatan pada tahun 2008 angka kejadian penyakit ini  berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masala dari judul makalah ini”Epidemiologi Demam Typhoid” maka penulis menyimpulkan bahwa :
1.      Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi, determinan dan frekunsi penyakit yang ada pada kelompok masyarakat dan masalah-masalah kesehatan lainnya untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan untuk menanggulangi masalah kesehatan.
2.      Demam typhoid atau dalam bahasa kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tifus/tifes adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan ditularkan melalui anthropoda, kuman ini umumnya terdapat dalam air atau makanan yang ditularkan oleh orang yang terinfeksi kuman tersebut sebelumnya.
3.      Demam typhoid ditularkan atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam typhoid dari orang ke orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada lingkungan dengan jumlah penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman S.typhi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita. Sepeti yang sudah disebutkan, transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella thypi yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bila terpapar S. Thypi sebanyak 105, potensi serangan relatif ringan dengan masa inkubasi yang panjang. Dengan meningkatnya organisme atau > 109 potensi serangan meningkat menjadi 95% dengan masa inkubasi yang lebih singkat.
4.      Beberapa upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit demam typoid meliputi 4 tingkatan yaitu tingkat pencegahan dasar, pencegahan tingkat pertama, pencegahan tingkat kedua, dan pencegaan tingkat ketiga. Pencegahan disasarankan pada 3 aspek penyebab terjadinya penyakit yaitu host, agent, dan environment.

B.     Saran
      Adapun saran penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1.      Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
2.      Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai judul makalah ini.
3.      Diharapakan makalah ini dapat menambah literatur  pustaka.
















DAFTAR PUSTAKA


Idrus, Masriadi. 2010. Epidemiologi Dasar. Makassar : Faris Press.
Musnelina, Lili dkk.. Analisis Efektifitas Biaya Pengobatan Demam Typoid Anak di RS Fatmawati Tahun 2001-2002. MAKARA :Desember 2004. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Indonesia.
Musnelina, Lili, dkk.. Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Typoid Anak di RS Fatmawati Tahun 2001-2002. MAKARA : Juni 200. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Timmreck, Thomas C.. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar (terjemahan). Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Paramita,  Listya. 2011. Demam Typoid.  http://manossa.com/blog/?p=140.  Diakses pada tanggal 8 Oktober 2011.
Aru Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI.
Hatta M, Smits HL. 2007. Detection of Salmonella Typhii By Nested Polimerase Chain in Blood, Urine, and Stools Samples. http://www.ajtmh.org. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2011.
Ryan KJ, Ray CG. 2004. Sherris Medical Microbiology. Fourth edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Eipstein J, Hoffman. S. Typhoid Fever. In: Tropical Infectious Disease Volume 1.. 2006. USA: Elsevier Churchill Livingstone
Bhutta ZA. Current Concept in Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever . In : British Medical Journals . 2006. http://www.bmj.com. Diakses pada tanggal  8 Oktober 2011.

Makalah Fungi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam hidup ini, kita selalu dikelilingi dengan spesies-spesies makhluk hidup yang beranekaragam salah satunya fungi. Fungi  ada yang bersifat menguntungkan dan ada pula ya ng bersifat merugikan. Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Fungi akan terus menjadi bahan bagi penelaah ilmiah dasar, terutama yang berkaitan dengan morfogenesis. Mereka akan menjadi sangt penting di dalam proses-proses komersial  untuk menyediakan produk-produk yang bermanfaat, termasuk antibody seperti penisilin.
Berdasarkan hal di atas , maka penulis tertarik untuk lebih mendalami dan mengidentifikasi tentang fungi dan peranannya. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis membahas tentang ciri fungi, klasfikasi fungi, reproduksi fungi, dan peranan dalam kehidupan manusia.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini yang berjudul “Fungi dan Peranan Yang Ditimbulkan”, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan dengan makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana ciri-ciri fungi?
2.      Bagaimana klasfikassi fungi?
3.      Bagaimana reproduksi fungi?
4.      Bagaimana peranannya dalam kehidupan manusia

C.    Tujuan
Beberapa tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui cirri-ciri fungi
2.      Untuk mengetahui tentang klasfikasi fungi
3.      Untuk mengetahu tentang reproduksi fungi
4.      Untuk mengetahui tentang peranan fungi dalam kehidupan manusia

D.    Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah yang berjudul “Fungi dan Peranannya” yaitu sebagai berikut:
1.      Manfaat bagi Penulis
Dengan penulisan makalah ini, penulis mendapat  pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang fungi dan peranannya
2.      Manfaat Umum
Dapat dijadikan bahan  referensi  dan sumber informasi bagi pembaca, terutama bagi kalangan pelajar. pembaca mendapatkan informasi tentang fungi.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti Fungi
Fungi atau cendawan adalah organism heterotrof . Mereka  memerlukan senyawa organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organic mati yang terlarut, mereka disebut safrofit. Safrofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kmia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat menguntungan kita bilamana membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain. Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.

B.     Morfologi Fungi
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-5a.jpg
Pada umumnya sel kamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tiddak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangay beragam ukuranya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebar dan panjangnya dari 5 sampai 30 µm tau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas.
Tubuh  atau talus, pada dasarnya memiliki dua bagian : miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang dianmakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10µm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 µm.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.  Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.


Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu :
1.      Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dindingsekat atau septum.
2.      Septet dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus atau sitoplasma dari satu ruang ke ruang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas.
3.      Septet dengan  sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nucleus dalam setiap ruang.
Miselium dapat vegetative (somatic) atau reprodutif. Beberapa hifa dari miselium somatic menembus ke dalam medium untuk mendapatkan zat makanan. Miselium reproduksi bertanggungjawab untuk pembentukan spora dan biasanya tumbuh meluar ke udara dari mideum.
C.    Cara Hidup Fungi
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.


a.    Parasit obligat
Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.    Parasit fakultatif
Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c.    Saprofit
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehinggamudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang  oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasidengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.



D.    Reproduksi Fungi    
Secara alamiah jamur berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari dua sel induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari tonjolan kecil pada sel inang.
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual, yaitu:
1.      Konidiospora atau konidium.
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi sutu hifa.
2.      Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus.
3.      Oidium tau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4.      Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatic.
5.      Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
Ada beberapa tipe spora seksual, yaitu:
1.      Askospora
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2.      Basidiospora
Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
3.      Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdindiing tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia.
4.      Oospora
Oospora terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur, oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium menghasilkan oospora.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelindung yang sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus dan piknidium. Tubuh buah seksual yang umum disebut peritesium dan apotesium.
E.     Klasfikasi Fungi
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.
Fungi dibagi atas 6 divisio yaitu :
1.      Myxomycotina   (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana. Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
a.       fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba, disebut plasmodium
b.      fase tubuh buah
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu sporakembara yang disebut myxoflagelata.  Contoh spesies : Physarum polycephalum.
2.      Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti. Reproduksi:
- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia.
- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk
oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a.       Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga
darat maupun serangga air
b.      Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
3.      Ascomycotina
Anggota kelas ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan tempat dihasilkannya askospora. Beberapa askomiset membentuk tubuh buah yang melingdungi askus bersama askospors.kebanyakan dari spesies ini hidup saprofit. Secara aseksual ascomycotina ini memperbanyak diri dengan  pembelahan biner melintang dan bertunas.
Organism ini dapat hidup sebagai saprofit pada selaput-selaput lender pada kebanyakan orang tanpa menyebabkan penyakit. Namun demikian, apabila inangnya lemah karena suatu penyakit akan menyababkan infeksi.
Contoh spesies:
a.       Sacharomyces cerevisae:sehari-hari dikenal sebagai ragi. berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. Mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi.
b.      Neurospora sitophila:jamur oncom.
c.       Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika penisilin.
d.      Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan keju.
e.        Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap
f.        Aspergillus wentii untuk membuat kecap
g.      Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin  hidup pada biji-bijian, flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
h.       Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.
4.      Basidiomycotina
Basidiomycotina dicirikan oleh adanya basidispora yang terbentuk di luar pada ujung atau sisi basidium. Basidiomycotina yang banyak dikenal meliputi jamur, jamur papan pada pepohonan, dan jamur karat serta jamur gosong. Basidiokraf yang mengandung basidia bersama basidiosporanya. Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagaibadan penghasil spora. Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies:
a.       Volvariella volvacea :jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
b.       Auricularia polytricha : jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan
c.        Exobasidium vexans : parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight.
d.      Amanita muscaria dan Amanita phalloides:  jamur beracun, habitat di daerah subtropics
e.        Ustilago maydis :jamur api, parasit pada jagung.
f.       Puccinia graminis :jamur karat, parasit pada gandum
5.      Deutromycotina
Kelas ini meliputi jamur yang tingkat reproduksinya seksualnya belum ditemukan. Sebagian besar jamur yang patogenik pada manusia adalah deuteromycotina. Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif.
Mereka seringkali membentuk spora aseksual beberapa macam di spesies yang sama, sehingga dapat membantu dalam mengidentifikasikannya di laboratorium. Disamping fase saprofitik yang berbentuk miselium, banyak di antaranya mempunyai fase parasitic.
Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini, misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap.

F.     Peranan Fungi dalam Kehidupan Manusia
Jamur sangat berperan dalam kehidupan manusia. Di dalam ekosistem jamur dan bakteri berperan sebagai pengurai (decomposer). Beberapa jenis jamur dapat dimanfaatkan dalam industry makanan dan minuman, disamping itu jamur ada juga yang dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Berikut ini beberapa jamur yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan manusia.
1.      Jamur yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
a.       Rhizopus Oryzae, untuk pembuatan tempe
b.      Mucor Javanicus, untuk pembuatan tape.
c.       Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman alcohol.
d.      Aspergillus oryzae, untuk pembuatan roti
e.       Aspergillus wentii, untuk pembuatan kecap
f.       Penicillum notatum dan penicillum chrysogenum, menghasilkan antibiotic.
2.      Jamur yang merugikan antara lain sebagai berikut:
a.       Aspergillus flavus, menghasilkan racun aflatoksin
b.      Aspergillus fumigates, penyebab pennyakit paru-paru pada burung
c.       Exobasidium vexans, parasit pada tanaman the.
d.      Amanita phalloides, menghasilkan racun balin.
e.       Epidermophyton flocosum, penyebab penyakit kaki atlet.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa :
1.      Cirri-ciri dari fungi yaitu sel jamur bersifat eukariotik, jamur bersifat heterotrof, makanan diperoleh dari lingkungannya, memiliki hifa.
2.      Jamur dikelompokkan menjadi 6 divisio yaitu: Myxomycotina, oomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deutromycotina.
3.      Fungi memperbanyak diri secara vegetative dan secara generative.
4.      Fungi  sangat berperan dalam kehidupan manusia. Di dalam ekosistem jamur dan bakteri berperan sebagai pengurai (decomposer). Beberapa jenis jamur dapat dimanfaatkan dalam industry makanan dan minuman, disamping itu jamur ada juga yang dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia.
B.     Saran
Beberapa saran penulis berkaitan dengan makalah ini sebagai berikut:
1.      Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
2.      Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai judul makalah ini.
3.      Diharapakan makalah ini dapat menambah literatur  pustaka.







DAFTAR PUSTAKA

Burus, Tony. 2005. Dermatologi. Jakarta: Erlangga.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Gandjar, Indrawati, dkk..2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gillespie, Stephen. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta:  Erlangga.
Brooks, Geo F.,dkk..2005. Mikrobiologi  Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Karim, Murniah. 2007. Biologi. Makassar: UNM Press.
Suwarno. 2009. “Dasar-dasar Mikrobiologi”. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yani, Riana. Musarofah. Dkk. 2009. “Biologi Kelas 10”. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Widayati, Sri. Rochmah, Siti Nur. Zubedi. 2009. “Biologi Kelas 10”. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Subardi. Nuryani, Pranomo, Shidiq. 2009. “Biologi Kelas 10”. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Anonim. 2007. Jamur.  http://idonkelor.blogspot.com/search/label/JAMUR.html (Diakses pada tanggal  23 Oktober 2011)
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Jamur. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990231-ciri-ciri-jamur.html (Diakses pada tanggal  23 Oktober 2011)
Anonim. 2007. Definisi Jamur. http://www.tanindo.com/abdi14/hal2201.html (Diakses pada tanggal  23 Oktober 2011)
Anonim. 2007. Klasifikasi Jamur. http://thesinau.blogspot.com/2008/12/klasifikasi-jamur.html (Diakses pada tanggal  23 Oktober 2011)
Anonim. 2007. Klasifikasi Jamur. http://saoskerupuk.co.cc/2010/03/klasifikasi-jamur.html (Diakses pada tanggal  23 Oktober 2011)
Anonim. 2007.Definisi Jamur. http://idonkelor.blogspot.com/2009/03/definisi-jamur.html  (Diakses pada tanggal  24 Oktober 2011)
Anonim. 2007. Struktur Bakteri dan Fungi. http://www.scribd.com/doc/38210615/Struktur-Bakteri-Dan-Fungi  (Diakses pada tanggal  24 Oktober 2011)